Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Salam sejahtera untuk kita semua.
Bapak dan Ibu Guru yang kami banggakan.
Setiap tanggal 1 Juni, kita memperingati sebuah tonggak sejarah penting: Hari Lahir Pancasila. Lima sila yang menjadi dasar negara ini bukan hanya deretan kalimat, tetapi cerminan nilai-nilai luhur yang memandu perjalanan bangsa Indonesia. Dalam peringatan tahun ini, tema “Memperkokoh Ideologi Pancasila Menuju Indonesia Raya” mengajak kita semua terutama para pendidik untuk kembali menanamkan semangat kebangsaan sejak bangku sekolah dasar.
Membangun Indonesia yang besar dimulai dari hal-hal kecil, dari keseharian yang sarat makna, dari ruang kelas yang membentuk karakter anak bangsa. Pendidikan memegang peran penting dalam memperkuat ideologi negara, bukan semata lewat buku teks, tetapi lewat keteladanan, pengalaman langsung, dan pembelajaran yang menyentuh akal sekaligus hati.
Menyemai Nilai Luhur Pancasila
Nilai-nilai Pancasila sebetulnya sangat dekat dengan dunia anak. Ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, demokrasi, dan keadilan sosial bisa dikenalkan melalui kebiasaan-kebiasaan sederhana namun bermakna. Misalnya, anak diajak berdoa bersama, belajar berbagi makanan, berdiskusi secara adil saat berbeda pendapat, bekerja sama dalam kelompok, dan menunjukkan empati saat ada teman yang kesulitan.
Proses ini adalah bagian dari pendidikan karakter, yang bukan hanya menanamkan pengetahuan tentang nilai, tetapi melatih anak untuk menghidupinya dalam perilaku sehari-hari. Di sinilah kekuatan pembelajaran karakter yang sejati: ia tidak lahir dari hafalan, tetapi dari pengalaman.
Mengajak Anak Mengalami, Bukan Hanya Mengerti
Pembelajaran yang bermakna tidak hanya mengandalkan buku atau papan tulis, tetapi juga menghadirkan pengalaman nyata yang membuat anak “mengalami” nilai-nilai Pancasila. Ini adalah pendekatan pembelajaran yang mendalam, di mana anak diajak berpikir kritis, merasa terlibat, dan merefleksikan apa yang mereka alami.
Contohnya, ketika siswa diminta membuat kegiatan sosial sederhana seperti penggalangan dana untuk teman yang membutuhkan, mereka tidak hanya belajar tentang empati, tetapi juga merasakan langsung makna keadilan sosial. Ketika mereka berdiskusi kelompok dan saling mendengar pendapat, mereka sedang mempraktikkan semangat permusyawaratan.
Pembelajaran seperti ini tidak hanya membekas di pikiran, tetapi tertanam dalam sikap dan kepribadian anak. Inilah proses pendidikan yang tidak terburu-buru mengejar hasil, tetapi memberi ruang bagi anak untuk tumbuh dan menyerap nilai secara utuh.
Guru Penjaga Api Ideologi Bangsa
Di balik setiap siswa yang berkarakter, ada guru yang sabar menuntun. Guru adalah figur yang paling dekat dengan anak di ruang belajar, sekaligus role model dalam bersikap dan bertindak. Lewat cara guru mengajar, memberi umpan balik, dan menyelesaikan konflik, anak-anak belajar banyak tentang kejujuran, keadilan, dan kebijaksanaan.
Menjadi guru adalah menjadi penjaga api ideologi bangsa. Pancasila harus terasa dalam suasana kelas yang inklusif, penuh hormat, dan memberi ruang tumbuh bagi setiap anak. Di sanalah nilai-nilai luhur itu menjadi hidup dan berdenyut.
Menuju Indonesia Raya, Dimulai dari Ruang Kelas
Perjalanan menuju Indonesia Raya bukan hanya soal pembangunan fisik, tetapi pembangunan manusia. Anak-anak hari ini adalah warga negara masa depan. Jika mereka tumbuh dengan nilai-nilai Pancasila yang tertanam kuat, maka kita tidak hanya membangun bangsa yang maju, tetapi juga bangsa yang beradab dan bersatu.
Mari kita peringati Hari Lahir Pancasila ini dengan semangat untuk terus menghadirkan pembelajaran yang bermakna, mendalam, dan penuh keteladanan. Bukan sekadar mengisi kepala anak dengan teori, tetapi menyentuh hati mereka dengan nilai. Karena dari situlah Indonesia yang kita cita-citakan akan tumbuh dari ruang-ruang. Mari kita bangun Indonesia Raya dari hal paling dasar: hati anak-anak yang mengenal nilai, mencintai negeri, dan tumbuh dalam semangat Pancasila.
Selamat hari lahir Pancasila.