Tangerang Selatan, 27 Juli — Komitmen untuk menghadirkan pendidikan yang tidak hanya mencerdaskan secara akademis, tetapi juga menumbuhkan karakter dan kesejahteraan psikologis murid terus diperkuat oleh Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah. Salah satu langkah nyatanya adalah dengan menyelenggarakan Bimbingan Teknis (Bimtek) Program Pengembangan Kompetensi Guru dalam Memberikan Layanan Bimbingan dan/atau Konseling pada satuan pendidikan jenjang dasar dan menengah.
Bertempat di Swiss Bel Hotel Serpong, Tangerang Selatan, pada tanggal 23 sampai dengan 26 Juli 2025, Direktorat Jenderal Guru, Tenaga Kependidikan dan Pendidikan Guru melalui Direktorat Guru Pendidikan Dasar melaksanakan kegiatan Bimtek Fasilitator Nasional Angkatan 3. Kegiatan ini melibatkan sebanyak 212 peserta dari 17 provinsi, yang terdiri dari guru BK jenjang SMP, kepala sekolah, dosen BK, dan Widyaiswara. Para peserta merupakan calon fasilitator nasional yang nantinya akan menjadi ujung tombak pelatihan di daerahnya masing-masing. Pada bimbingan teknis fasilitator nasional ini, para peserta dibekali berbagai kompetensi strategis yang disebut dengan 7 Jurus BK Hebat yang dirancang untuk memperkuat peran guru BK sebagai pendamping, fasilitator, dan motivator bagi murid, yaitu: Kenali Potensi, Kelola Emosi, Tumbuhkan Resiliensi, Jaga Konsistensi, Jalin Koneksi, Bangun Kolaborasi, dan Menata Situasi.
Dalam laporan kegiatan, Kasubdit Peningkatan Kapasitas dan Pengendalian, Meliyanti, menyampaikan bahwa setiap fasilitator nasional diproyeksikan akan membina sedikitnya 15 fasilitator daerah. Jumlah ini secara nasional dapat membentuk hingga 18.000 fasilitator daerah. Tak berhenti di sana, para fasilitator daerah nantinya akan mendampingi 15 guru non-BK di provinsinya masing-masing. Skema ini diharapkan dapat menjangkau semua guru agar memiliki pemahaman yang memadai tentang layanan bimbingan dan konseling.
Semangat kolaboratif menjadi benang merah dalam sambutan Direktur Guru Pendidikan Dasar, Rachmadi Widdiharto. Menurutnya, membentuk lingkungan belajar yang sehat dan mendukung tidak harus mengandalkan guru BK, tetapi membutuhkan keterlibatan aktif seluruh pendidik. Ia menekankan pentingnya kerja sama antara guru BK dan guru non-BK untuk mendampingi perkembangan pribadi, sosial, akademik, hingga karir murid.
“Kami menaruh harapan besar agar program ini menjadi tonggak penting dalam membentuk generasi yang tidak hanya unggul secara akademis, tetapi juga kuat dalam nilai-nilai moral, karakter, dan kepedulian sosial,” ujar Rachmadi dalam sambutannya Rabu (23/7).
Rachmadi juga menyampaikan pentingnya peran guru sebagai pembimbing yang hadir di setiap fase tumbuh kembang murid, bukan hanya sebagai pengajar, melainkan juga penjaga keselamatan psikologis mereka.
“Guru memegang peranan yang sangat penting dalam proses ini, bukan hanya sebagai pendidik, tetapi juga sebagai pembimbing dan konselor yang mampu membentuk karakter murid melalui pendekatan yang holistik.” tutup Rachmadi.
Selama empat hari pelaksanaan, antusiasme peserta terlihat jelas. Salah satunya dirasakan oleh Nurbaya, guru dari UPT SMPN 1 Duampanua, Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan. Ia mengaku mendapatkan banyak wawasan segar, terutama terkait pentingnya menciptakan suasana sekolah yang aman, nyaman, dan menggembirakan. Menurutnya, hal ini hanya bisa terwujud jika seluruh warga sekolah terlibat dan memiliki kesadaran kolektif dalam membangun sistem yang mendukung sekolah ramah anak.
Depi Suwarto, guru dari SMPN 1 Mangunreja, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat juga menyampaikan apresiasinya terhadap materi tentang tumbuhkan resiliensi yang menurutnya sangat penting di masa kini. “Saya percaya bahwa anak-anak perlu dibekali kemampuan untuk bangkit dan menyesuaikan diri saat menghadapi tekanan, kegagalan, atau perubahan hidup, dengan bimbingan yang tepat, anak-anak bisa tumbuh menjadi pribadi yang kuat, stabil secara emosional, dan optimis dalam menghadapi masa depan.”, ungkap Depi.
Materi-materi yang disampaikan dalam bimtek ini dirancang tidak hanya untuk menambah pengetahuan, tetapi juga memperkuat keterampilan reflektif dan sistemik peserta. Syarif Hidayat, salah satu narasumber, menegaskan pentingnya guru BK memiliki cara berpikir sistemik dalam memecahkan persoalan yang dihadapi murid. Sementara itu, Upi Fitraini, narasumber lainnya, menekankan bahwa metode experiential learning yang mencakup aktivitas, refleksi, aktualisasi, dan aplikasi sangat penting dalam menciptakan suasana pelatihan yang bermakna dan kontekstual.
Bimbingan Teknis ini bukan hanya serangkaian kegiatan pelatihan biasa. Ia adalah bagian dari gerakan besar untuk menjadikan sekolah sebagai tempat tumbuh yang sehat, tempat belajar yang menyenangkan, dan tempat kembali yang aman bagi murid-murid Indonesia.
Dengan langkah ini, harapan besar tengah dirajut, sebuah ekosistem pendidikan yang lebih humanis, di mana setiap guru menjadi bagian dari sistem pendampingan yang saling menguatkan, dan setiap murid merasa didengar, dilindungi, dan didorong untuk tumbuh menjadi versi terbaik dirinya.