Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Salam sejahtera untuk kita semua.
Bapak dan Ibu Guru yang berbahagia….
Tanggal 14 Juli 2025, menandai dimulainya Tahun Ajaran Baru 2025/2026. Dan seperti tahun-tahun sebelumnya, momen ini diawali dengan kegiatan Masa Pengenalan Lingkungan Satuan Pendidikan (MPLS). Namun, tahun ini kita melangkah dengan semangat yang lebih utuh: menjadikan MPLS sebagai pintu gerbang pengalaman belajar yang ramah, berkesadaran, bermakna, dan tentu saja menggembirakan.
Setiap awal tahun ajaran selalu membawa harapan baru. Sekolah yang semula lengang kembali hidup oleh derap langkah murid-murid yang datang dengan berbagai rasa: semangat, gugup, antusias, penasaran, bahkan mungkin cemas. Hari pertama sekolah bukan hanya penanda dimulainya rutinitas belajar, tapi juga sebuah titik mula yang akan membekas lama dalam ingatan para murid. Apalagi bagi mereka yang baru masuk ke jenjang baru seperti kelas satu SD semua terasa asing, menantang, sekaligus menakjubkan.
Di sinilah peran Masa Pengenalan Lingkungan Satuan Pendidikan atau MPLS menjadi sangat penting. MPLS bukan sekadar acara seremonial untuk mengenalkan ruang kelas, nama guru, dan jadwal pelajaran. Ia adalah ruang awal untuk menanamkan rasa aman, menyambut setiap murid dengan tangan terbuka, dan memperkenalkan sekolah bukan sebagai tempat yang menakutkan, tetapi sebagai rumah kedua yang penuh kasih.
Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah melalui Direktorat Jenderal Guru Tenaga Kependidikan dan Pendidikan Guru kembali menegaskan pentingnya menyelenggarakan MPLS yang ramah, seiring dengan terbitnya Surat Edaran Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Nomor 10 Tahun 2025. Dalam edaran ini, kita diajak untuk mewujudkan penyambutan murid yang memuliakan yakni melalui pengalaman belajar yang berkesadaran, bermakna, dan menggembirakan sejak hari pertama.
Menggembirakan bukan berarti sekadar penuh hiburan akan tetapi memberikan rasa nyaman dan aman bagi anak-anak untuk menjadi dirinya sendiri. MPLS yang bermakna adalah ketika murid merasa diterima, diajak berkenalan dengan lingkungan barunya secara hangat dan manusiawi, bukan dengan tekanan, intimidasi, atau perlakuan yang tidak pantas. Karena sejatinya, setiap anak yang datang ke sekolah membawa potensi besar yang hanya bisa tumbuh jika mereka merasa dihargai dan didukung.
Kita telah belajar dari masa lalu bahwa praktik-praktik yang tidak relevan dengan proses pendidikan seperti penggunaan atribut yang membingungkan, tugas yang memberatkan, atau perlombaan yang menegangkan hanya akan membuat anak merasa asing di tempat yang seharusnya menjadi ruang tumbuhnya. Karena itu, sangat penting bagi kita untuk menata ulang cara pandang terhadap MPLS. Bukan sebagai ajang uji ketahanan, tapi sebagai proses membangun relasi antara murid dan sekolah secara utuh.
Di sinilah peran guru menjadi sangat krusial. Guru adalah wajah pertama yang dilihat murid saat memasuki gerbang sekolah. Senyum seorang guru, sapaan yang tulus, dan perhatian kecil seperti mengenali nama murid atau mendengarkan cerita mereka di hari pertama, bisa menjadi pijakan awal bagi tumbuhnya rasa percaya. Maka, mempersiapkan MPLS yang ramah bukan hanya soal menyusun kegiatan, tapi juga soal menyiapkan hati: hati yang terbuka, hati yang ingin benar-benar menyambut.
Tentu, setiap sekolah memiliki konteks yang berbeda. Tidak semua memiliki sumber daya yang sama, atau jumlah guru yang cukup. Namun semangat untuk menciptakan pengalaman awal yang baik tidak harus bergantung pada kelengkapan fasilitas. Ia bergantung pada kesadaran kolektif bahwa murid adalah manusia utuh yang layak dimuliakan sejak awal langkahnya di lingkungan sekolah. Dan memuliakan murid tidak selalu membutuhkan anggaran besar—kadang hanya butuh waktu, empati, dan komitmen bersama.
Tahun ajaran baru 2025/2026 adalah waktu yang tepat untuk memperkuat komitmen ini. Mari kita jadikan MPLS sebagai ruang yang memberi makna. Bukan sekadar rangkaian kegiatan wajib, tapi proses yang membantu anak merasa dimiliki dan memiliki. Biarkan mereka merasakan bahwa sekolah adalah tempat di mana mereka bisa belajar, tumbuh, bersahabat, dan bermimpi.
MPLS yang ramah adalah investasi jangka panjang. Anak-anak yang disambut dengan hangat cenderung tumbuh menjadi pembelajar yang percaya diri. Mereka yang merasa diterima akan lebih mudah membuka diri terhadap proses belajar. Dan sekolah yang menunjukkan kepedulian sejak hari pertama akan selalu dikenang sebagai tempat yang membentuk karakter dan membangun masa depan.
Akhirnya, saya mengajak seluruh pendidik di satuan pendidikan dasar untuk menjalani MPLS bukan hanya sebagai program kerja, tetapi sebagai momen kebersamaan yang jujur dan penuh kepedulian. Mari bersama-sama menyambut setiap anak dengan harapan dan cinta. Karena ketika anak merasa disambut, mereka akan merasa dimiliki. Dan ketika mereka merasa dimiliki, mereka akan belajar dengan sepenuh hati.
Selamat datang tahun ajaran baru 2025/2026.
Selamat menyelenggarakan MPLS yang ramah, edukatif, dan menggembirakan.
Mari memuliakan murid, mulai dari hari pertama.